PIPAS Lampung Pasarkan Produk Hasil Warga Binaan
Borneo.news Lampung - Paguyuban Ibu-ibu Pemasyarakatan (Pipas) Daerah Lampung membantu memasarkan produk hasil karya warga binaan Lapas Kelas IIA Bandar Lampung berupa kreasi dari kain tapis. Kain tapis adalah kerajinan tradisional Lampung yang berbentuk sarung dengan sulaman dari benang katun dan benang emas.
Ketua Pipas Lampung, Noer Adhe Kusnali, menjelaskan bahwa awalnya warga binaan membuat kain tapis menjadi selendang, tas, hingga wadah tisu.
"Muncul ide untuk membuat sepatu dari kain tapis. Kebetulan saya berasal dari Bandung, jadi saya mengajak UMKM lokal Bandung untuk bekerja sama," Kata Adhe lewat rillis yang diterima redaksi, Senin (14/10/2024)
Adhe menyebutkan UMKM Bandung ini sering menggabungkan sepatu dengan kain-kain khas daerah, sehingga nilai ekonomi kain tapis meningkat. Menurutnya, warga binaan memiliki semangat untuk mandiri agar setelah keluar dari lapas, mereka memiliki keterampilan kerja yang bisa digunakan.
Saat ini, kata Adhe ada 10 varian sepatu Tapis dengan harga berkisar Rp400.000 hingga Rp1.500.000. Pemasaran masih terbatas karena produksi belum besar-besaran.
"Sepatu ini dipasarkan melalui mulut ke mulut, grup WhatsApp, dan media sosial internal Pipas (@pipas.lampung) serta Kanwil Kemenkumham Lampung," kata Adhe.
Adhe menambahkan, meski belum dipasarkan secara luas, jumlah pesanan yang masuk cukup banyak saat sistem pre-order dibuka. Sejak Juni 2024, sudah ada tiga gelombang pemesanan, dengan rata-rata 30-40 pesanan per gelombang. Adhe mengakui bahwa pesanan sering terlambat dipenuhi karena keterbatasan sumber daya manusia dan alat.
"Sekali membuka pemesanan, warga binaan memproduksi 7-10 meter kain tapis sebagai bahan dasar sepatu. Satu meter kain bisa selesai dalam waktu kurang dari sepekan.Kami kekurangan tenaga dan alat untuk membuat kain," tutupnya.