Saatnya Relawan Bersatu Mendukung Kepentingan Nasional
Borneo.News Jakarta - Gumilar Yo, Ketua Umum Relawan GPS (Go Prabowo Subianto) menyatakan bahwa para relawan pendukung Paslon Capres dan Cawapres yang mendukung junjungannya tentu memiliki latar belakang yang beragam. Paling tidak ada empat alasan utama mengapa seseorang menjadi relawan.
Pertama, karena melihat figur atau sosok dari pasangan calon yang didukungnya. Kedua, karena adanya pemahaman ideologi yang sama sehingga mendukung sosok yang dianggapnya sepaham. Dalam hal ini ada kelompok yang berprinsip “pokoknya asal jangan calon tertentu.” Ketiga, karena terpengaruh oleh informasi yang mereka terima yang kemudian mempengaruhi niatnya.
Keempat, adalah yang sering disebut sebagai silent majority yang tidak menampakkan diri namun memiliki kesetiaan yang terus-menerus terhadap seorang tokoh tertentu.Beberapa analis menyatakan bahwa jumlah silent majority tidak bisa diperkirakan bahkan tidak bisa diprediksi melalui quick count, namun bila dilihat dari perolehan suara Presiden Terpilih yang ternyata jauh meninggalkan kedua rivalnya, maka tak dapat dipungkiri bahwa silent majority memiliki pengaruh yang cukup signifikan.
Gumilar Yo meyakini bahwa kelompok silent majority yang bergabung dalam kelompoknya sejak 2019 memiliki jumlah yang cukup besar. Dukungan dari kelompok tersebut bukan karena semata-mata bersifat politis atau hanya ingin mencari keuntungan tertentu, namun menginginkan bahwa pemikiran-pemikiran Prabowo Subianto dapat diwujudkan.
Dengan kata lain, masih banyak potensi terpendam yang perlu didayagunakan untuk kepentingan nasional. Ketangguhan Prabowo Subianto yang telah gagal sebanyak empat kali dalam pencalonan pemimpin nasional juga merupakan salah satu bukti adanya tekad para relawan untuk mewujudkan arti dari sebuah perjuangan, sebagaimana dikatakan oleh Prabowo pada 12 Agustus 2022.
“Bagi seorang pejuang, jatuh itu biasa. Bagi pejuang, bagi pendekar, kalau jatuh kita bangkit kembali. Jatuh lagi bangkit lagi. Petarung, biasa kalau jatuh. Lebih mulia masuk ke arena, lebih mulia bertarung demi kebenaran dan keadilan.Jatuh, bangkit dan dengan senyum kita bangkit, dengan gembira dan dengan optimis.
Kita bangkit untuk berjuang terus.Ada yang bertanya sudah sekian kali kalah kok maju lagi. Mungkin mereka tidak mengerti arti perjuangan.” Sebagaimana diketahui bahwa Prabowo pertama kali mencalonkan diri untuk menjadi presdiden pada tahun 2004 yaitu melalui Partai Golkar.
Namun dalam konvensi partai yang diikuti oleh lima calon, dimenangkan oleh Wiranto yang kemudian mencalonkan diri sebagai Capres yang didampingi oleh Solahuddin Wahid. Upaya kedua dilakukan pada tahun 2009 dengan mencalonkan diri sebagai Cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri yang dimenangkan oleh petahanan (SBY) yang berpasangan dengan Budiono.
Upaya ketiga, dilakukan pada tahun 2014 sebagai Capres yang berpasangan dengan Hatta Rajasa, yang kemudian dikalahkan oleh pasangan Jokowi-JK. Pada periode berikutnya (2019), Prabowo mencoba mencalonkan diri lagi untuk keempat kalinya, yaitu berpasangan dengan Sandiaga Uno. Upaya ini pun gagal karena dimenangkan oleh petahana (Jokowi) yang berpasangan dengan Ma’ruf Amin.
Sehubungan dengan itu, kelompok relawan GPS yang telah mengakami kekalahan sejak awal namun tetap secara konsisten mendukung Prabowo Subianto dan kini mentransformasikan dirinya sebagai organisasi kemasyarakatan dengan visi “mewujudkan pemikiran-pemikiran Prabowo Subianto menjadi aksi nyata.”
“Tentunya kami akan berusaha mewujudkan pemikiran-pemikiran tersebut sesuai dengan kemampuan dan keunggulan-keunggulan yang kami miliki,” demikian pernyataan Bang Yo, sebutan akrab Ketua Umum GPS yang disampaikan kemarin (1/5/2004) di Hotel Sofyan Tebet.
Lebih lanjut Yaman Pakolo selaku Sekjen GPS menyatakan bahwa organisasi yang ia tangani akan menyelenggarakan beberapa fungsi; antara lain sebagai CoE (Center of Excellence) yang akan melakukan kajian-kajian terhadap pemikiran-pemikiran Prabowo Subianto dengan melibatkan para cendekiawan sehingga dapat terwujud kesamaan persepsi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
Untuk itu GPS akan mendayagunakan para relawan yang secara idealis telah memberikan sumbangan-sumbangan pemikiran strategis yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Presiden Terpilih untuk melaksanakan visi-misinya.
Walau pun kelompoknya memiliki peran penting dalam mendukung Presiden Terpilih, namun GPS tidak akan memanfaatkan tokoh yang didukung tetapi sebaliknya akan memanfaatkan keunggulan-keunggulan kelompoknya untuk mendukung Presiden Terpilih.
Untuk itu, kedepannya GPS akan menimba ilmu ke berbagai pusat unggulan seperti misalnya Habibie Center yang mungkin dapat digunakan sebagai contoh untuk menginisiasi terbentuknya lembaga sejenis seperti misalnya Prabowo Center dengan tujuan untuk mengakomodasikan pemikiran-pemikiran Prabowo Subianto yang telah banyak disampaikan secara lisan maupun tulisan.
Qodar Ruslan Siregar, Waketum Bidang Kerjasama menyatakan bahwa GPS yang telah membangun jaringan di seluruh provinsi bahkan di beberapa negara lain, akan mendayagunakan para anggotanya untuk mendukung program-program nasional seperti program bela negara sebagaimana diamanahkan oleh Undang-undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara.
Untuk itu GPS akan berkolaborasi dengan ormas-ormas di bidang bela negara, seperti FBN-RI (Forum Bela Negara RI), dan tidak tertutup kemungkinan juga untuk berkolaborasi dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat seperti yang dilakukan oleh Pokdar Kamtibmas Bhayangkara sebagai organisasi dibawah bimbingan Polri serta berkolaborasi dengan lain yang sama-sama memiliki kepentingan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan UUD 1945.
Ormas-ormas tersebut tentunya memiliki program-program yang berbeda namun ada hal yang spesifik yang bisa dikolaborasikan sehingga akan terwujud satu kesatuan nasional sebagaimana dicita-citakan oleh Prabowo Subianto.
Walau pun pemilihan umum telah berakhir, Bang Yo masih terus akan berjuang untuk mendayagunakan para relawan dengan program-program pemberdayaan dengan memanfaatkan jaringan yang telah solid; antara lain memberikan masukan-masukan terhadap sektor-sektor riil, seperti ekonomi kerakyatan, serta edukasi masyarakat terhadap pemahaman anti korupsi, upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, perjudian online dan penyakit sosial lainnya.
Lebih lanjut, Ruslan Siregar yang memiliki pengalaman dalam repatriasi tenaga kerja bermasalah dari Malaysia juga memiliki kepedulian untuk membantu mengupayakan penyelesaian permasalahan tenaga kerja di luar negeri yang ternyata jumlahnya tidak sedikit seperti pekerja ilegal, human traficking dan permasalahan lain yang nantinya akan diwujudkan melalui pembentukan wadah semacam migran care center.
Sebagaimana diketahui bahwa pada periode Januari-Maret 2024, Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) melaporkan, adanya 310 aduan dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) di mana dari seluruh kasus yang diterima baru 3% aduan yang sudah ditangani dan 97% kasus lainnya masih dalam proses.
Kasus yang terbesar adalah ingin dipulangkan (27%), disusul dengan kasus gaji tidak dibayar (13%), kasus hamil dan punya anak (12%), meninggal (11%), gagal berangkat (11%), penahanan paspor oleh P3 (6%), dalam tahanan (6%), jaminan sosial PMI (5%), pekerjaan tidak sesuai (5%) dan pekerja migran yang menderita sakit (4%).
Prabowo Subianto menaruh perhatian yang sangat besar terhadap permasalahan pekerja tersebut dan sebagaimana diungkapkan oleh Juru bicara TKN Prabowo-Gibran, Hamdan Hamedan, “Prabowo tidak senang melihat bahwa ada anak bangsa yang diperlakukan tidak adil di negeri orang” Kasus-kasus PMI tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks baik faktor yang kasat mata (tangible) maupun yang tidak kasat mata (intangible).